Home » , » Kerendahan Hati

Kerendahan Hati

Sungguh aku mencintai orang shalih, padahal aku bukan dari kalangan mereka. Aku berharap mendapat syafaat bila bersama mereka nanti. Dan aku membenci mereka yang berbuat maksiat walaupun aku sendiri mungkin dari golongan mereka (Imam Syafi’i).

Rendah tidak berarti hina.  Malah rendah hati berarti mulia.  Seperti Imam Syafii yang sangat terkenal kealiman dan ketaatannya, namun tidak menjadikannya tinggi hati.  Juga tidak pernah mengagung-agungkan dirinya sebagai orang pintar, alim, dan taat.  Serta tidak menampik kalau dirinya juga tak terbebas dari dosa.  Biarlah Allah yang menilainya, sedangkan manusia perlu selalu memohon ampun.  Ini menunjukkan suatu sifat rendah hati dari seorang yang berilmu tinggi.

Sikap seperti ini sangat penting dimiliki oleh setiap hamba Allah di dunia ini.  Apalagi kita tidak tahu pasti berapa banyak ilmu dari Allah yang telah mampu dipelajari, sehingga layak menganggap diri berilmu tinggi.  Kita juga tidak selalu mampu seketat mungkin mengontrol diri dari dosa, terutama dosa kecil, yang kadangkala terjadi.  Apalagi dosa bisa masuk melalui berbagai pintu, mulai dari pintu mata, pintu hati, pintu telinga, pintu kulit, hingga pintu pikiran.

Sifat rendah hati seperti Imam Syafii ini sudah langka terdapat pada orang-orang berilmu di masa kini.  Di zaman materialistis ini, banyak sekali orang mengagung-agungkan diri karena berilmu tinggi.  Karena merasa diri berilmu tinggi, maka menuntut bayaran yang tinggi pula kalau diminta untuk menyampaikan ilmu.  

Karena terperangkap dalam perasaan diri berilmu tinggi, ilmu kadangkala enggan disampaikan kepada orang-orang dari kelas rendah.  Padahal ilmu yang tinggi akan berpeluang mengalami kegagalan dalam menyebarkannya, bila tak memiliki keinginan untuk meraih kemampuan untuk menyampaikan kepada siapa saja dengan cara-cara yang mudah diterima dengan baik.

0 comments:

Post a Comment